Monday, July 9, 2007

Puzzle Celana


Seorang peri terbang menari-nari dihadapan seorang bocah yang penuh fantasi. Liar-begitu liar, peri kecil tak pernah tahu apa yang ada di dalam kepala imut itu. Penuh imajinasi. Senyum lebar merekah diwajah yang bayi, tadi malam dongeng ibu memberitahunya hewan apakah gerangan yang kini tengah terbang berputar-putar itu. Kecil, dengan telinga lancip, bersayap kupu-kupu dan teramat riang. Buku yang dibacanya kemarin pun bergambar makhulk kecil, dengan telinga lancip bersayap kupu-kupu dan terlihat senang .Kini di hadapannya berputar-putar seekor makhulk kecil dengan telinga lancip, bersayap kupu-kupu dan terus bergerak lincah dan aktif dan tanpa ekor. Bocah kecil melompat dan mengambil peri yang kini menggelepar dikepalantangannya. Peri malang memohon-mohon kepada bocah dengan tatapannya untuk segera melepaskannya sehingga dia bebas dan terbang menari-nari lagi. Memelas. Baru saja dia keluar dari kurungan yang dijaga oleh berlapis-lapis tipuan dan tidak ada alasan baginya untuk kembali kesana lagi. Atau kesesuatu yang sejenisnya. Dia tidak mau memikirkan apa yang dipikirkan bocah itu, takdir yang menantinya. Mungkin kau pun tidak karena Aku pun tidak. Tapi Aku harus.

Tanpa pikir panjang apalagi memikirkan apa sebenarnya yang dimaksud makhulk itu dengan terus meronta digenggamannya, bocah menaruh jemari tangan kirinya di atas dahinya. Di atas helaian rambut tipis yang hampir-hampir membentuk poni. Dibukanya kepalanya bagaikan kotak penyimpanan dengan garis bukaan terletak ditengah jidat. Tidak ada apa-apa di dalam kotak penyimpanan spesial tersebut. Bola kemerahan yang penuh pembuluh dan kerutan yang seharusnya ada sisitu pun tidak ada, atau belum ada. Kepala bocah telah terbagi dua kini dan ruang kosong di dalamnya benar-benar kosong.

Melongo…, sejenak peri kecil tampak takjub. Oh, Dia tahu kekosongan apa yang ada disana. Oh, Dia tahu apa yang menunggu di sana. Oh, Dia tahu itu kini tengah menunggunya. Gemetar, sejenak rontaan peri kecil bertambah brutal, kemudian dengan nafas tersenggal-senggal Ia menyadari bahwa semua itu tidak berguna. Oh, Dia hanya bisa pasrah. Meronta pelan kepada sedikit harapan yang tiada dipercayainya. Oh, Dia benar-benar tahu apa yang menunggu dikekosongan itu.

Takdir bukanlah sebuah pilihan bila kita benar-benar mengetahuinya. Peri kecil itu selalu berdoa agar pengetahuannya disirnakan. “Pengetahuan adalah kekuatan ,heh, tapi aku ingin bahagia…”. Begitu pikir peri kecil yang mendambakan liberte. Kini tangan kanan bocah yang menggenggam peri kecil itu terangkat, mengarahkan genggamannya ke batok kepalanya yang terbuka. Peri kecil menutup mata. Dari kekosongan yang penuh warna, keluar melalui cairan hitam yang merembes perlahan ke kurungan dengan seribu lapis tipuan, dan kini dia akan kembali kepada kekosongan yang hitam. Bocah menutup kembali kepalanya.

Peri itu kini hidup penuh bertualang. Mengahadapi naga dan bertemu robot bajak laut angkasa yang bersenjatakan pedang senter. Mustahil dia dapat kabur dari pertarungan, walau kadang sangat ingin.
(inspired by : labirin penggorengan/peterpan/celana ??)

0 comments:

 

© 2009semanis madu | by TNB