Saturday, July 7, 2007

Daun-daun muda



Ketika teratai melambai, daun-daun muda bersemi menampakkan diri. Sapaan mentari yang menyengat mengundang kikik-kikik tertahan. Tidak heran bila sang surya penasaran, sebab semakin sering mereka tampak, tampak pula apa yang dulu tak pernah tampak. Mentari adalah saksi abadi perjalanan bumi jadi percaya sajalah kalau dia bilang ada disana dulu.. Oke.!?! Kini semilir angin tiada membawa dingin (globalwarming) atau mungkin permukaan daun-daun itu semakin tebal saja akhir-akhir ini. Setebal tembok, (tahu maksudnya kan). Entah motif apa yang tergurat oleh urat-urat dikulit dedaunan, setiapnya punya kisah tersendiri. Matahari masih heran. Uler-uler yang lapar memulai langkah kecil-kecil menuju dedaunan. Perlahan tangkai-tangkai bergoyang memberi jalan pada rayapan yang perlahan. Dekat-dekat dan semakin dekat. Uler-uler sudah pasti mendekat, lapar menuntun mereka untuk semakin cepat. Dekat-dekat dan semakin dekat.

Aku yakin pada takdir yang telah ditetapkan. Pada mimpi yang mungkin saja menyata kalau kita terus saja tidur. Aku yakin guratan-guratan yang daun-daun muda tampakkan itu tiada berbicara tentang nasib. Kita atau dirinya sendiri. Satu hal yang agak pastinya uler-uler itu hanya punya satu hal dalam pikiran mereka pastinya. Makan dan terus makan, mereka pikir harus segera kekenyangan sehingga bisa segera berhenti makan sehingga kemudian bisa bertapa setelah segenap nafsu tercurahkan dan kini tiada lagi. Kunyah dan terus mengunyah daun, harus segera kekenyangan kemudian menuju pertapaan dan menjadi kupu yang menawan. Sedot-sedot dan terus menyedot nekhtar.


0 comments:

 

© 2009semanis madu | by TNB