Tuesday, April 15, 2008

Sapa rubah pada petani

"Mengapakah kautatap rumput itu selamanya? Adakah dalam hijaunya yang menarik hati? Bukankah coklat kering sudah keadaannya... Sudah kau bisu dan itu lalu dan tlah lalu, sekarang tuli pula dirimu... Jangan-jangan buta juga iya. Tatapan takjub yang dulu itu, kepada angkasa dan jagat raya, di kini sebagai celah hitam antara dua lubang gelap. Menunduk."

Beridiri tegap kokoh..menunduk.

"Ya ini juga cuma sapa.. anggaplah bagai angin lalu, biarkan jangan pedulikan, atau kentut yang membuatmu muntah dan memalingkan muka muak. Memandang luas angkasa. Laut Biru dikedalaman sana."

Berdiri menunduk.. tegap kokoh.

"Tak apalah bila kau mau teruskan. Hidup terus hidupkan. Memberi helaan pada setiap nafas. Ini cuma sapa.. jangan sampe menghentikan rangkakanmu"

2 comments:

Unknown said...

Ya..itu cuma sapa..tak usah kau pedulikan..

teringat cerita tentang seekor katak kecil yang tuli.
Tapi justru dengan ke'tuli'anny itu sang katak berhasil memenangkan perlombaan mencapai puncak menara yang tinggi, mengalahkan katak2 lawannya yg lebih dulu jatuh dan kalah karena mendengar teriakan para penonton lomba
"mereka tidak akan penah menang.. karena menara itu terlalu sulit dan tinggi untuk dicapai!!"

Katak kecil yg tuli itu bisa menjadi pemenang krn dia tidak pernah mendengar teriakan penonton.

ada satu titik berharga yang bisa kita ambil dari makhluk kecil ini.

"Berlaku tulilah jika ada orang yang berkata kita tidak bisa menggapai cita2 untuk berubah dan memberi perubahan terbaik dalam setiap langkah, dtik, dan menit yang kita lalui "

Maap ya Zo.. comentnya puanjang.. :D

zethoney said...

:)

 

© 2009semanis madu | by TNB